DEBAT LUCU SAAT BOS INGIN PECAT KARYAWAN

Suatu hari, Pak Budi, seorang bos di sebuah perusahaan, sedang menghadapi dilema besar. Ia ingin memecat salah satu karyawannya yang bernama Joko, karena performa kerjanya sangat mengecewakan. Namun, dia bingung bagaimana caranya menyampaikan kabar buruk itu dengan cara yang sopan dan tidak menyinggung.

Pak Budi kemudian memanggil Joko ke ruangannya. Joko, yang tampak santai dan bahkan sedikit malas, memasuki ruangan dengan senyum lebar seperti biasa.

Pak Budi mulai bicara dengan tenang, "Joko, saya sudah lama memperhatikan kinerjamu, dan saya rasa kita perlu bicara tentang beberapa hal."

Joko masih tersenyum, "Iya, Pak. Silakan, saya selalu siap mendengar masukan."

Pak Budi melirik daftar di tangannya. "Baiklah, Joko. Pertama, saya merasa kamu kekurangan motivasi atau inisiatif."

Joko mengangguk. "Ah, motivasi ya, Pak? Memang benar, saya lebih suka menunggu instruksi yang jelas. Takut salah kalau ambil inisiatif sendiri."

Pak Budi melanjutkan, "Dan profesionalismemu juga kurang."

Joko tersenyum lagi. "Benar, Pak. Saya sering pakai sandal jepit ke kantor. Tapi, kan itu nyaman!"

Pak Budi mulai merasa sedikit bingung. "Oke... lalu, keterampilan berorganisasimu juga sangat buruk."

Joko tertawa. "Wah, kalau soal itu, Pak, meja saya memang selalu berantakan, tapi saya tahu di mana letak semuanya, kok!"

Pak Budi mulai semakin terheran-heran. "Keterampilan komunikasimu juga kurang, Joko."

Joko malah tersenyum lebih lebar. "Oh iya, Pak, saya memang nggak terlalu suka ngomong banyak. Kadang-kadang saya kirim emoji aja biar simpel."

Pak Budi mencoba tetap tenang. "Kamu juga sulit menerima feedback."

Joko mengangkat bahu. "Nah, soal itu, saya rasa itu pendapat Bapak aja sih. Saya pribadi merasa baik-baik saja."

Pak Budi menarik napas dalam-dalam. "Kurangnya pengalaman kerja yang relevan juga jadi masalah."

Joko menjawab dengan ringan, "Iya, Pak, saya dulu kerja di kebun binatang. Mungkin nggak banyak hubungannya sama kantor ini, ya."

Pak Budi mulai kehabisan kata-kata. "Kemampuan pemecahan masalahmu juga lemah."

Joko tersenyum lagi. "Saya nggak suka ribet, Pak. Kalau ada masalah, biasanya saya nungguin dulu, siapa tahu bisa selesai sendiri."

Pak Budi menatap daftar terakhirnya dengan putus asa. "Dan kamu juga sulit bekerja dalam tim."

Joko mengangguk penuh percaya diri. "Betul sekali, Pak. Saya lebih suka kerja sendiri. Tim itu terlalu ramai buat saya."

Akhirnya, Pak Budi menatap Joko dengan mata lelah. "Jadi, setelah semua ini... kamu tahu kenapa saya memanggilmu?"

Joko masih tersenyum, bahkan lebih lebar. "Tentu, Pak! Bapak pasti mau kasih saya promosi, kan?"

Pak Budi hanya bisa tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. "Joko, kadang-kadang caramu berpikir itu... tak terduga."

Akhirnya, bukannya memecat Joko, Pak Budi malah memberinya tugas baru: menjaga gudang perusahaan, di mana dia bisa bekerja sendiri, jauh dari tim, dan tidak perlu terlalu banyak komunikasi. Setidaknya, semua orang lega... kecuali mungkin gudangnya.

Advertisement