KISAH LUCU BUKALAPAK JADI TUTUPLAPAK
"Dari Bukalapak ke Tutuplapak"
Suatu pagi yang cerah, berita mengejutkan mengguncang dunia belanja online. Unicorn kebanggaan lokal, Bukalapak, resmi tutup operasinya. Bukan karena kebangkrutan, melainkan akibat gelombang protes dan sindiran dari para penggunanya sendiri.
Babak 1: Keamanan yang Berujung Pusing
Salah satu alasan utama para pengguna bersorak adalah karena sistem keamanan Bukalapak yang sering bocor. Cerita-cerita tentang akun yang diretas sudah jadi makanan sehari-hari. Seorang pengguna, Pak Darto, bercerita sambil tertawa getir, “Bayangin aja, akun saya diretas, saldo Bukadompet saya hilang, eh malah dapet notifikasi ‘Selamat, Anda memenangkan undian fiktif!’ Ya ampun, saya yang beli, saya juga yang ditipu!”
Keamanan yang rentan ini membuat para pengguna lelah. Akhirnya, mereka malah saling bercanda di media sosial, “Bukalapak ini bukan tempat belanja, tapi tempat uji nyali. Kalau akun kamu nggak kena hack, berarti kamu hoki!”
Babak 2: Layanan Ribet Setengah Mati
Selain masalah keamanan, layanan pelanggan Bukalapak juga terkenal ribet. Misalnya, untuk refund barang yang salah kirim, pengguna harus mengisi formulir, mengunggah bukti foto, menulis kronologi kejadian, lalu menunggu tiga hari hanya untuk mendapatkan pesan, “Maaf, masalah Anda sedang dalam peninjauan.”
Bu Tini, seorang ibu rumah tangga, kesal karena pernah menunggu refund selama dua bulan. “Saya beli teflon, yang datang malah panci bolong. Udah ribet ngurus refund, eh uangnya balik cuma setengah! Katanya potongan biaya admin. Lah, adminnya makan apa, emas?” katanya dengan nada sarkastik.
Babak 3: Terlalu Banyak Gaya
Masalah lainnya adalah Bukalapak sering dianggap terlalu banyak gaya. Mulai dari iklan yang heboh sampai proyek-proyek aneh seperti membuat aplikasi khusus untuk membeli kursi lipat. Pengguna merasa hal itu terlalu berlebihan dan tidak fokus pada pelayanan inti.
Pak Tarjo, seorang penjual di Bukalapak, mengeluh, “Bukannya memperbaiki sistem, mereka malah bikin fitur live streaming buat jualan gorengan. Lah, siapa yang mau nonton orang jual pisang goreng secara live?!”
Babak 4: Lahirnya ‘Tutuplapak’
Akhirnya, ketika Bukalapak resmi tutup, para pengguna justru bersorak. Meme-meme “Selamat Datang Tutuplapak” langsung viral di media sosial. Salah satu meme populer menggambarkan logo Bukalapak yang berubah menjadi “Tutuplapak” dengan tulisan kecil di bawahnya: “Karena kita peduli pada kesabaran Anda.”
Sebuah grup diskusi di media sosial bahkan membuat daftar alasan mereka senang Bukalapak tutup:
1. Tidak perlu lagi was-was saldo hilang.
2. Tidak ada lagi urusan ribet refund.
3. Akhirnya, tidak ada lagi aplikasi yang makan memori HP tanpa guna.
Epilog
Meski Bukalapak telah tutup, kelegaan justru dirasakan oleh banyak pengguna dan penjualnya. Mereka berharap, jika ada unicorn baru yang muncul, fokuslah pada pelayanan yang baik daripada “banyak gaya.”
Dan begitulah, kisah ini menjadi pelajaran berharga: Dalam bisnis, tidak perlu menjadi yang paling heboh—cukup jadi yang paling dipercaya!
Advertisement