KISAH LUCU ORANG YANG MENGAKU KETURUNAN NABI, TANPA BUKTI
Suatu hari di sebuah desa kecil, ada seorang pria bernama Pak Jamal yang tiba-tiba mengaku sebagai keturunan nabi. Selama bertahun-tahun, dia hidup seperti warga biasa, tapi entah kenapa suatu hari dia mulai mengklaim keturunan nabi dalam setiap kesempatan.
Di acara pengajian, Pak Jamal berdiri dan dengan bangga berkata, "Saudara-saudara, saya ingin memberitahu bahwa saya ini sebenarnya keturunan nabi! Kalian semua harus hormat pada saya, karena darah mulia mengalir di dalam diri saya."
Warga desa yang mendengar itu langsung terdiam. Beberapa percaya, tapi banyak juga yang ragu. Salah satu warga, Pak Udin, yang dikenal suka usil, mencoba menguji Pak Jamal.
Pak Udin: "Wah, luar biasa Pak Jamal! Tapi, kalau keturunan nabi, biasanya ada silsilah resmi atau bukti sejarah yang menguatkan. Bisa kasih lihat silsilahnya, Pak?"
Pak Jamal tersenyum kikuk, "Ehm, soal silsilah... yah, itu kan nggak harus resmi-resmi amat. Yang penting hati kita yakin, kan?"
Pak Udin tidak menyerah, "Oh, jadi cuma pakai hati, ya? Tapi sekarang sudah ada tes DNA, Pak. Bisa loh, kita periksa DNA untuk melacak keturunan. Mau coba?"
Pak Jamal mulai berkeringat, "Aduh, tes DNA? Itu kan mahal, Mas Udin. Lagipula, saya percaya tradisi lisan saja, dari nenek moyang. Nggak perlu sains-sainsan."
Mendengar alasan itu, warga desa semakin curiga. Bu Siti, yang biasanya pendiam, ikut menambahkan, "Pak Jamal, kalau memang benar keturunan nabi, harusnya Anda punya sifat-sifat mulia dong, seperti sabar, rendah hati, dan jujur. Tapi, kenapa saya dengar kemarin Bapak marah-marah di pasar gara-gara harga tomat naik?"
Pak Jamal langsung tersentak, "Eh, itu… itu soal lain, Bu! Bukan berarti keturunan nabi nggak boleh marah, kan?"
Tiba-tiba, anak kecil bernama Budi yang ikut di acara itu, bertanya polos, "Pak Jamal, kalau keturunan nabi, kok Bapak waktu main bola sama saya suka curang sih? Katanya kakinya sakit terus supaya dapat penalti."
Seluruh warga langsung tertawa mendengar cerita Budi. Pak Jamal pun tersipu malu.
Akhirnya, Pak Kades yang sudah lama mendengarkan semua ini dengan sabar, menegur dengan bijak, "Pak Jamal, kalau memang Anda merasa keturunan nabi, lebih baik tunjukkan dengan perilaku yang baik dan penuh teladan. Soal keturunan, bukan klaim saja yang penting, tapi bagaimana kita menjaga nama baik leluhur kita. Kalau semua orang bisa klaim, tapi tanpa bukti atau sikap yang mulia, ya orang jadi susah percaya."
Pak Jamal hanya bisa tersenyum kecut dan berkata, "Yah, mungkin saya terlalu semangat ya, Pak Kades... Baiklah, saya akan lebih fokus jadi orang baik daripada ngomong soal keturunan."
Sejak hari itu, Pak Jamal berhenti mengklaim keturunan nabi, dan warga desa pun kembali hidup dengan damai, meski kadang mereka masih tertawa mengingat tingkah Pak Jamal.
Pesan moral: Klaim besar butuh bukti besar, dan yang lebih penting dari keturunan adalah bagaimana kita bertindak sehari-hari.