JASA SEDOT WC JAKARTA DAN PELANGGAN GAPTEK
Kisah Lucu: Jasa Sedot WC dan Pelanggan Gaptek
Di suatu pagi di Jakarta, Pak Dedi, seorang pemilik jasa sedot WC, sedang sibuk menerima pesanan pelanggan. Usahanya berkembang pesat karena ia sudah mulai memanfaatkan website untuk menerima order. Namun, hari itu ia mendapat pengalaman yang tak terlupakan.
Pelanggan Gaptek Mencoba Pesan
Bu Yati, seorang ibu rumah tangga di usia 50-an, baru saja mengalami masalah besar: WC di rumahnya mampet parah. Anaknya menyarankan untuk pesan jasa sedot WC lewat internet. "Bu, tinggal buka website, klik-klik, selesai!" kata anaknya.
Namun, Bu Yati tidak terlalu paham cara kerja teknologi. Ia pun dengan susah payah membuka laptop tua yang jarang dipakai. Setelah mengetik kata kunci "sedot WC Jakarta", ia menemukan website milik Pak Dedi.
Saat membuka website itu, ia kebingungan dengan banyaknya tombol dan kolom formulir. Karena takut salah, ia memutuskan untuk mengetik pesan di kolom “Kritik dan Saran” alih-alih di kolom pemesanan.
Pesannya:
"Halo, ini WC saya mampet. Tolong cepat datang. Rumah saya di Jakarta. Terima kasih."
---
Kesalahpahaman Dimulai
Pak Dedi yang membaca pesan itu di emailnya langsung bingung. “Jakarta itu luas, Bu! Rumahnya di mana?!” gumamnya sambil tertawa. Namun, ia mencoba menghubungi nomor telepon yang tercantum di formulir. Ternyata, Bu Yati lupa mengisi nomor telepon!
Pak Dedi akhirnya membalas email tersebut:
"Bu Yati, mohon berikan alamat lengkap agar kami bisa segera membantu."
Bu Yati, yang tak terbiasa dengan email, baru membaca balasan itu 3 jam kemudian. Karena panik, ia kembali mengetik email baru:
"Alamat saya di dekat warung nasi uduk yang enak, sebelah pohon mangga besar."
---
Tim Sedot WC yang Kebingungan
Pak Dedi akhirnya memberanikan diri mengirimkan timnya ke daerah sekitar alamat samar itu. Ia meminta anak buahnya bertanya kepada warga setempat. Setelah muter-muter selama sejam, salah satu pegawai akhirnya menemukan rumah Bu Yati. "Bu, ini kami dari sedot WC," katanya sambil tersenyum lega.
---
Akhir yang Lucu
Setelah pekerjaan selesai, Bu Yati berkata, “Terima kasih, ya. Saya nggak ngerti website itu, tapi untung kalian sabar. Lain kali saya pesan lewat telepon saja, ya?”
Pak Dedi hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. Dalam hati ia berkata, “Website canggih pun kalah sama deskripsi ‘dekat pohon mangga besar’.”
Sejak hari itu, Pak Dedi memastikan kolom pemesanan di websitenya lebih sederhana—khusus untuk pelanggan gaptek seperti Bu Yati.
Advertisement