Kisah Tukang Gorden dan Rumah Istri Pejabat
Kisah Tukang Gorden dan Rumah Istri Pejabat
Pagi itu, Pak Jono, seorang tukang gorden yang sudah belasan tahun berpengalaman, mendapat pesanan dari seorang wanita bernama Bu Anita. Dengan suara anggun dan nada berwibawa, Bu Anita memintanya datang ke rumah mewah untuk memasang gorden baru di ruang tamu.
"Mas Jono, saya ingin gorden yang dipasang rapi, elegan, dan sempurna! Rumah ini sering didatangi tamu penting, jadi tolong jangan asal-asalan," kata Bu Anita saat menelepon.
Pak Jono langsung bergegas, membawa perlengkapan dan gordennya yang berkualitas tinggi. Setibanya di rumah Bu Anita, dia ternganga melihat kemegahan rumah itu. Pilar-pilar marmer menjulang, taman luas dengan air mancur, dan mobil-mobil mewah berjajar di garasi.
Bu Anita menyambutnya dengan senyum tipis, mengenakan baju mahal yang berkilauan. "Mas Jono, ini ruang tamu saya. Gorden ini harus dipasang di sini, sejajar dengan pintu kaca. Dan tolong, jangan berisik. Suami saya, Pak Budi, sedang istirahat di lantai atas."
"Siap, Bu! Tenang, saya sudah ahli dalam pekerjaan ini," jawab Pak Jono dengan percaya diri.
Namun, ketika dia mulai memanjat tangga lipat untuk memasang gorden, drama pun dimulai. Baru beberapa saat bekerja, terdengar suara langkah tergesa-gesa dari lantai atas. Seorang pria paruh baya dengan piyama, yang jelas adalah Pak Budi, tiba-tiba muncul di tangga dengan wajah tegang.
"Anita! Siapa ini?!" serunya dengan nada curiga.
Bu Anita tampak panik sesaat, lalu buru-buru menjawab, "Ini Mas Jono, tukang gorden, Pak. Dia lagi pasang gorden untuk ruang tamu kita."
Pak Budi memperhatikan Pak Jono dari ujung kepala hingga kaki, lalu bergumam pelan, "Oh, tukang gorden... Saya kira siapa tadi."
Pak Jono hanya tersenyum canggung. "Iya, Pak. Saya tukang gorden, bukan orang lain," katanya sambil melanjutkan pekerjaan.
Saat Pak Jono kembali fokus memasang gorden, suasana mulai tenang. Tapi, masalah muncul ketika salah satu baut gorden terlepas dan jatuh ke lantai dengan bunyi keras.
"CLING! CLANG!"
Pak Budi yang baru saja kembali ke atas langsung turun lagi. "Anita! Ada apa lagi ini?!"
Bu Anita makin gelisah. "Ini cuma baut jatuh, Pak. Mas Jono sedang bekerja kok, nggak ada apa-apa."
Namun, mata Pak Budi memicing. Dia melihat sesuatu yang membuatnya bingung: ponsel Pak Jono yang tergeletak di meja. Kebetulan, layar ponsel itu menyala, memperlihatkan notifikasi dari grup chat bernama "PEMBURU DISKON."
Pak Budi langsung bertanya, "Ini ponsel siapa?!"
Pak Jono buru-buru turun dari tangga dan mengambil ponselnya. "Ini ponsel saya, Pak. Grup itu cuma grup belanja biasa, nggak ada yang mencurigakan."
Pak Budi tampak lega tapi tetap memerhatikan Pak Jono dengan tatapan serius. "Ya sudah. Tapi jangan macam-macam di rumah saya!"
Pak Jono hanya bisa mengangguk sambil berusaha menahan senyum. Dalam hati, dia bergumam, "Rumah mewah, tapi rasa curiganya lebih besar daripada gorden ini."
Setelah beberapa jam bekerja, akhirnya gorden terpasang dengan sempurna. Bu Anita tampak puas dan berkata, "Terima kasih, Mas Jono. Kerja kamu bagus sekali. Ini uangnya, plus tip dari saya."
Namun, saat Pak Jono bersiap pulang, Pak Budi muncul lagi, kali ini sambil membawa selembar uang tambahan. "Ini bonus dari saya, Mas Jono. Tapi ingat, kalau ada apa-apa, saya tahu alamat kamu!"
Pak Jono hanya tersenyum kaku. "Siap, Pak. Saya cuma tukang gorden, bukan tukang masalah."
Dalam perjalanan pulang, Pak Jono tertawa sendiri. "Pasang gorden di rumah pejabat bukan cuma urusan kain dan rel, tapi juga uji kesabaran. Lain kali, saya bakal siapin mental ekstra!"
Moral cerita: Kadang, memasang gorden bukan hanya soal kerapian, tapi juga menghadapi rasa curiga yang berlebihan. 😄