Kisah Seru Tukang AC dan Konsumen "Spesial"
Kisah Seru Tukang AC dan Konsumen "Spesial"
Di sebuah sore yang terik, Mas Bejo, seorang tukang servis AC, menerima panggilan mendesak dari seorang konsumen bernama Pak Jaka. Suaranya di telepon sudah bikin Mas Bejo sedikit terintimidasi.
"Mas Bejo, tolong cepat ke rumah saya! AC kamar anak saya mati, anak saya nangis, istri saya marah, dan saya hampir gila! Cepat, ya!"
Tanpa pikir panjang, Mas Bejo langsung mengayuh motornya yang sudah bau oli menuju rumah Pak Jaka. Setibanya di sana, dia langsung disambut oleh Pak Jaka dengan wajah tegang.
"Mas, buruan masuk! Kalau AC ini nggak nyala dalam waktu sejam, istri saya bisa berubah jadi naga!" katanya setengah berbisik sambil melirik istrinya di dapur.
Mas Bejo segera mengeluarkan alat-alatnya dan mulai memanjat ke atas tangga untuk membuka AC. Begitu penutup AC dibuka, "DUUUSS!" segumpal debu jatuh ke wajahnya.
Pak Jaka, yang berdiri di bawah tangga, langsung mengernyit. "Wah, debunya tebal banget, Mas. Ini sih lebih kotor dari hati mantan saya!"
Mas Bejo, yang sudah penuh debu, cuma bisa cengengesan. "Iya, Pak. Kalau debunya sudah sepadat ini, berarti AC ini sudah lama nggak diservis. Tapi tenang, saya ahlinya!"
Mas Bejo mulai membersihkan filter, kipas, dan bagian lainnya. Tapi ternyata masalahnya lebih rumit. Selangnya mampet, motor kipasnya macet, dan freonnya habis.
"Pak Jaka, ini AC perlu banyak perbaikan. Tapi saya bisa bereskan semua," kata Mas Bejo.
Pak Jaka mendesah panjang. "Ya sudah, Mas. Tapi cepat ya, sebelum istri saya datang ngecek!"
Selama dua jam, Mas Bejo bekerja keras. Peluh mengucur deras, wajahnya penuh keringat bercampur debu. Setiap kali dia melirik Pak Jaka, pria itu hanya duduk di sofa, menggulir layar ponselnya sambil sesekali berkata, "Cepetan, Mas!"
Ketika akhirnya AC menyala kembali dan udara dingin mulai terasa, Mas Bejo turun dari tangga dengan wajah lega. "Nah, Pak Jaka, AC-nya sudah kembali dingin. Udah kayak kutub utara lagi."
Pak Jaka tersenyum lebar. "Wah, mantap, Mas Bejo! Keren banget kerjaan kamu!"
"Terima kasih, Pak. Jadi, total biayanya Rp750 ribu ya, Pak. Itu sudah termasuk freon, perbaikan motor kipas, dan servis lainnya," kata Mas Bejo dengan sopan.
Pak Jaka tiba-tiba menggaruk kepala sambil terlihat agak canggung. "Eh, Mas Bejo… ada sedikit masalah kecil."
Mas Bejo mengerutkan kening. "Masalah apa, Pak?"
Pak Jaka tersenyum kaku. "Jadi, uang saya kebetulan habis buat bayar cicilan motor. Bisa nggak saya bayar minggu depan?"
Mas Bejo terdiam, mencoba mencerna kata-kata itu. Dia menatap Pak Jaka, lalu melirik tangga, ember, dan wajahnya yang masih penuh debu.
"Minggu depan, Pak? Tapi tadi Bapak bilang ini urgent banget, sampai saya buru-buru datang!" kata Mas Bejo dengan nada sedikit tinggi.
Pak Jaka tersenyum lebar, mencoba mencairkan suasana. "Iya, Mas. Urgent banget kan tadi! Tapi uangnya belum ada sekarang. Kan Mas Bejo orangnya baik hati. Saya pasti bayar, kok!"
Mas Bejo hanya bisa menelan ludah. Dia ingin marah, tapi melihat Pak Jaka yang masih bercanda sambil menyalakan AC dengan remote, dia hanya menghela napas panjang.
Akhirnya, Mas Bejo pulang dengan motor bututnya, membawa rasa lelah dan sedikit kesal. Dalam hati, dia bergumam, "Pekerjaan ini bukan cuma servis AC, tapi juga uji mental!"
Seminggu kemudian, saat Mas Bejo datang lagi untuk menagih, Pak Jaka tidak ada di rumah. Yang menyambutnya malah istrinya, Bu Siska, yang langsung menyerahkan amplop dan berkata, "Mas Bejo, maaf ya. Suami saya tuh, hobinya utang-utang. Ini uangnya, biar Mas nggak kapok."
Mas Bejo hanya bisa tersenyum lebar sambil berpikir, "Paling nggak, bayarannya lunas… dan kali ini nggak pake drama!" 😄
Kisah ini jadi cerita favorit Mas Bejo kepada teman-temannya, dengan pesan moral: "Tukang AC bukan cuma harus bisa nyervis, tapi juga siap menghadapi konsumen yang tiba-tiba nge-prank soal pembayaran!"